Kamis, 26 Agustus 2010
Budaya batik
Budaya batik

Pahlawan wanita R.A. Kartini dan suaminya memakai rok batik. Batik motif parang yang dipakai Kartini adalah pola untuk para bangsawan
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Sejarah teknik batik
Seni pewarnaan kain dengan teknik pencegahan pewarnaan menggunakan malam adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti T'ang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal.[2]. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad XVIII atau awal abad XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad XX dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an.[3]
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.[4]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4]
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.[5] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[2]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka
Walaupun kata "batik" berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. [2]Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuna membuat batik.[4]
G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu.[4]
Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140 lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa.[5] Oleh beberapa penafsir,who? serasah itu ditafsirkan sebagai batik.
Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman.[2]
Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka
BATIK MAKIN MEMPESONA DUNIA
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi
Minggu, 22 Agustus 2010
Kamis, 19 Agustus 2010
SEJARAH DINAS PERINDUSTRIAN PROVINSI JAWA TENGAH
Sejarah Singkat Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah
Dinas Perindustrian dan Perdagangan memiliki kronologi sejarah yang sangat panjang. Menurut Arsip Sub Bagian Hukum, Humas, dan Organisasi Tata Laksana pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah tahun 2001, sejarah berdirinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah di bagi dalam beberapa periode menurut tahunnya, periode tersebut adalah
1. Periode Tahun 1905 – 1933
Pemerintah Hindia – Belanda pada periode ini mendirikan jawatan perindustrian dengan nama Van Lanc En Nijverheid dan Handel In Buittenzerg.
2. Periode Tahun 1934 – 1942
Pada periode ini nama kedua jawatan tersebut diatas oleh Pemerintah Hindia – Belanda dilebur menjadisatu dengan nama Van Economische Zaken In Batavia.
3. Periode Tahun 1942 – 17 Agustus 1945
Pada periode ini Jepang menduduki Indonesia (Hindia – Belanda) Departemen Van Economische Zaker In Batavia diubah oleh pemerintah Jepang menjadi Zinu Kesai Kyoku dan berkedudukan di Jakarta.
4. Periode September 1945 – 1951
Pemerintah Republik Indonesia pada periode ini mendirikan kementrian kemakmuran yang berkedudukan di Jakarta. Akibat agresi militer Belanda, kementrian kemakmuran dipindahkan ke Magelang, kemudian dipindahkanlagi ke Yogyakarta. Setelah dibentuk Negara kita adalah Negara serikat dengan nama Republic Indonesia Serikat kedudukan kementrian dan kemakmuran kembali lagi ke Yogyakarta.
5. Periode 1 Juli 1951 – 1954
Republic Indonesia Serikat pada periode ini berubah, menjadi Megara Kesatuan Republik Indonesia, Kementrian Kemakmuran dipecah menjadi 2 bagian :
a. Kementrian Perindustrian
b. Kementrian Perdagangan dan Perindustrian
Tak lama kemudian Kementrian Perdagangan dan Perindustrian diubah menjadi Kementrian Perekonomian.
6. Periode Tahun 1954 – 1959
Kementrian Perekonomian pada periode ini berubah menjadi kementrian perdagangan, sehingga ada 2 kementrian yaitu :
a. Kementrian Perdagangan
b. Kementrian Perindustrian
7. Periode Tahun 1959 – 1966
Pada Tahun 1959 Pemerintah Indonesia membentuk 2 Departemen perindustrian yang bernama :
a. Departemen Perindustrian Dasar dan Pertambangan
b. Departemen Perindustrian
8. Periode 5 November 1966
Berdasarkan PP No. 2/1962 Departemen Perindustrian menyerahkan wewenang kepada Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah dengan SK Tanggal 5 November 1966 No. MU.7B/B tentang Penetapan Susunan Organisasi Dinas Perindustrian Provinsi Jawa Tengah.
9. Periode Tahun 1974
Surat Keputusan (SK) yang tersebut diatas sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan industri di daerah, maka Gubernur KDH memperbaharui Surat Keputusan tersebut dengan mengeluarkan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah No. HUK – 105/1974 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian Dati I Jawa Tengah, dan diterbitkan lagi Perda No. 2 Tahun 1988 tentang pembentukan Organisasi Tata Kerja Dinas Perindustrian Provinsi Dati I Jawa Tengah.
10. Periode Tahun 2001
Pada Periode ini Dinas Perindustrian bergabung dengan Kawil Perindag, maka diterbitkan perda No. 7 Tahun 2001 tanggal 20 Juni 2001 tentang Pembentukanm Kedudukan, Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi) dan Susunan Organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
11. Periode Tahun 2006
Pada periode ini terjadi pemisahan antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan diterbitkannya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 7 Tahun 2001 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Poko dan Fungsi, dan Susunan Organisasi. Dengan peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 26 Tahun 2006 Tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perdagangan Provinsi Jawa Tengah.
12. Periode Tahun 2008
Pada Periode ini terjadi penggabungan kembali antara Dinas Perindustrian dan Perdagangan dengan di terbitkannya, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2008. Tnaggal 7 Juni 2008, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Tengah. Dengan peraturan ini terbentuklah Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Langganan:
Postingan (Atom)