Minggu, 29 Agustus 2010
Masa depan Tenun Lurik cerah
Bahan tenun bergaris dikenal sebagai lurik sering dianggap membosankan dan hanya dikenakan oleh generasi tua. Tapi kain tenun telah memasuki era baru, menjanjikan bab baru, dan sedang berubah menjadi produk yang menarik dan penuh warna.
Lurik modern, dengan berbagai desain, sekarang yang diproduksi oleh koperasi Lawe, yang dimiliki oleh asosiasi Yogyakarta penenun disebut Lawe Asosiasi yang dibentuk pada tahun 2004.
Di masa lalu, kebanyakan berasal kain warna hitam dan digunakan untuk dihargai hanya untuk nilai fungsional - yang dipakai oleh orang-orang mengambil bagian dalam ritual atau upacara tradisional.
Akibatnya, banyak penenun yang digunakan untuk memproduksi lurik - kerajinan tradisional yang diwarisi dari leluhur - yang telah gulung tikar, karena produk tidak lagi dicari di pasar
Penampilan baru: Berbagai produk yang dibuat dari bahan tenun bergaris-garis lurik yang dikenal sebagai diproduksi oleh koperasi Lawe Yogyakarta. Mereka termasuk selimut, dompet, tas dan melihat clothes.New: Berbagai produk yang dibuat dari bahan tenun bergaris-garis lurik yang dikenal sebagai diproduksi oleh koperasi Lawe Yogyakarta. Mereka termasuk selimut, dompet, tas dan pakaian.
Di tangan para Lawe koperasi, lurik hadir dengan warna-warna cerah dengan sentuhan modernitas, mengikuti permintaan pasar.
"Kami menginginkan kerajinan tenunan lurik untuk dilihat sebagai sebuah ikon baru di Yogyakarta, berdiri berdampingan dengan batik. Kami ingin hal itu untuk menemukan tempat di semua bagian masyarakat. Lurik telah menjadi bagian dari gaya hidup kita sehari-hari. Itu adalah target kami, " kata Fitria Wandiningtyas, Bagian Humas Lawe.
Dia mengatakan Asosiasi Lawe berada di garis depan kegiatan untuk menyelamatkan tenun tradisional.
Melalui kegiatan usaha, koperasi yang memproduksi kerajinan lurik Lawe menggunakan alat tenun tradisional, bukan mesin-mesin modern atau disebut ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin).
"Banyak penenun berhenti bekerja karena produk mereka itu membosankan dan tidak menjual, jadi kami mencoba untuk menghidupkan kembali kerajinan dengan menghasilkan hal-hal baru," kata Fitria.
Sebelum memulai produksi, koperasi Lawe dilakukan penelitian untuk menentukan produk yang ideal dan mencari desain terbaru.
Para penenun telah dilatih untuk membentuk jaringan pekerja untuk membantu mengubah cara masyarakat memandang tenun tradisional.
Koperasi Lawe yang bekerja dalam sebuah sistem yang didasarkan pada industri rumah kecil. Desain terus diperbarui. Mereka juga diteliti dan tunduk pada pengawasan jaminan mutu rutin.
Yang lurik dihasilkan oleh pengrajin yang tersebar dari Gunung Kidul di Bantul untuk Sleman dan Kulonprogo.
Karena produk yang dibuat dalam industri rumahan, para pengrajin tidak perlu meninggalkan tugas-tugas rumah tangga dan dapat tetap kreatif dan produktif.
Berbagai produk yang dipasarkan oleh koperasi Lawe dapat dilihat dalam galeri yang dimilikinya di Amri Yahya Museum Gampingan, Yogyakarta. Meskipun Asosiasi Lawe memiliki kantor di daerah Bugisan di Bantul, mereka juga tetap mengadakan kegiatan-kegiatan pendukung yang membantu melestarikan tradisi menenun.
Traditiional cara: Seorang pria membuat bahan tenun bergaris-garis atau lurik di Kulon Progro, Yogyakarta.
Koperasi Lawe mengikuti tren terbaru dan warna, dari tas, tas laptop dan tas untuk fashion ikat pinggang dan kalung yang unik. Lawe koperasi yang juga menghasilkan berbagai hal untuk menghiasi interior rumah.
Taplak meja dan tirai yang terbuat dari bahan lurik menciptakan kesan sebuah rumah dengan sedikit gaya tradisional dalam dekorasi interiornya. Produk lain seperti sarung guling, bantal, sprei tempat tidur dan dihiasi lampu kamar membuat merasa nyaman dengan sentuhan etnis.
Kantor Koperasi Lawe juga memproduksi produk-produk seperti kotak pensil, rak majalah dan banyak lagi. Ini juga menerima pesanan untuk giveaway kit untuk digunakan pada seminar atau sebagai suvenir.
Harga untuk produk-produk koperasi Lawe bervariasi dan wajar. Untuk souvenir pernikahan, harga mulai dari Rp 5.000 (45 sen Amerika) per item. Untuk tas laptop dan tas, harga mulai dari Rp 16.000 hingga Rp 40.000. Untuk kantong belanja harga bisa mencapai Rp 850.000.
Fitria mengatakan Lawe tujuan koperasi adalah untuk membuat lurik trendi sementara menghidupkan kembali dan melestarikan tradisi.
Anindyah, kepala Asosiasi Lawe dijelaskan lebih lanjut.
"Dengan menghasilkan banyak hal dari lurik, kami berharap dapat berbagi keindahan lurik."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar