IMBAUAN gubernur agar setiap Rabu para pegawai di Klaten wajib memakai pakaian lurik produk lokal warga setempat, merupakan angin segar bagi perajin tenun lurik di Cawas Klaten. Karena dengan adanya imbauan tersebut, permintaan bahan baku lurik jelas meningkat. Demikian pula, permintaan masyarakat terhadap batik tulis dari Desa Kebon Bayat Klaten juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Sedangkan batik produk Klaten untuk pewarnaannya rata-rata tidak memakai bahan kimia, sebaliknya, bahan pewarnaan batik Klaten dari rempah-rempah yang menghasilkan warna secara alami. Bahan pewarnaan ini diperoleh dari kayu dan daun sehingga batik produk Klaten dinyatakan ramah lingkungan.
Bila dipakai juga terasa nyaman di tubuh dan digemari masyarakat. Bahan-bahan pewarna untuk batik di Klaten antara lain diperoleh dari kayu mahoni, secang, teger, jambal, kayu pohon nangka, mangga, jati dan lain-lain. Bahan-bahan pewarna alami ini dimasak, sedangkan untuk memperoleh pewarnaan, setiap 20 liter air yang dicampur dengan kayu-kayu untuk menghasilkan pewarnaan alami hanya memperoleh delapan liter saja.
”Melalui penyusutan air yang dicampur dengan bahanbahan kayu untuk memperoleh warna yang lebih afdol, air dimasak menyusut hingga lebih dari separo yang kami peroleh,” kata ketua kelompok tim promosi Desa Kebon Kecamatan Bayat, Daliyem ini.
Dipakai pegawai
Hal senada juga diungkapkan perajin tenun lurik Yusiti dari Desa Burikan Kecamatan Cawas Klaten. Menurutnya, pemerintah mensuport produk tenun lurik untuk dipakai pegawai. Mereka pesan bahan lurik khas dari Cawas. ”Kami menyambut gembira, para PNS wajib memakai pakaian lurik setiap Rabu, sedangkan para pegawai itu banyak yang pesan dari produk kami,” kata Yusiti dengan bangga.
Hal senada juga diungkapkan perajin tenun lurik Yusiti dari Desa Burikan Kecamatan Cawas Klaten. Menurutnya, pemerintah mensuport produk tenun lurik untuk dipakai pegawai. Mereka pesan bahan lurik khas dari Cawas. ”Kami menyambut gembira, para PNS wajib memakai pakaian lurik setiap Rabu, sedangkan para pegawai itu banyak yang pesan dari produk kami,” kata Yusiti dengan bangga.
Menurut Yusiti, produk lurik Burikan, khas dan alami. Bahan baku dari benang pesan dari Surabaya, sedangkan untuk jenis bahan katun diperoleh dari India. Benang yang dipesan diberi warna secara alami sesuai selera. Kemudian setelah proses pewarnaan, benang dibuat kain dengan bentuk lurik dengan alat secara tradisional, menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).
Yusiti saat mendapat kunjungan pejabat Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama wartawan, baru-baru ini mengaku beberapa kali mengikuti pameran di sejumlah kota besar, antara lain seperti di Pontianak, Bali, Jakarta. Tujuan mengikuti pameran untuk mempromosikan lurik Klaten agar lebih dikenal secara nasional.
Bahkan, kata Yusiti, batik lurik Burikan juga dipakai artis ibukota, pejabat, pengusaha dari pusat sehingga batik lurik Burikan sudah kondang di mana-mana, kendati berasal dari Klaten. ”Kami berani bersaing dengan batik Pekalongan. Karena masing-masing batik punya ciri dan khas. Sedangkan batik lurik terkenal ramah lingkungan lantaran bahan-bahan pewarnaannya didapat secara alami,’’ kata Yusiti. bgy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar